PERITONITIS
A. ANATOMI FISIOLOGI
Peritoneum terdiri dari dua bagian yaitu peritoneum paretal yang melapisi dinding rongga abdomen dan peritoneum visceral yang melapisi semua organ yang berada dalam rongga abdomen.Ruang yang terdapat diantara dua lapisan ini disebut ruang peritoneal atau kantong peritoneum.Pada laki-laki berupa kantong tertutup dan pada perempuan merupakan saluran telur yang terbuka masuk ke dalam rongga peritoneum, di dalam peritoneum banyak terdapat lipatan atau kantong. Lipatan besar (omentum mayor) banyak terdapat lemak yang terdapat disebelah depan lambung. Lipatan kecil (omentum minor) meliputi hati, kurvaturan minor, dan lambung berjalan keatas dinding abdomen dan membentuk mesenterium usus halus.Fungsi peritoneum:
1. Menutupi sebagian dari organ abdomen dan pelvis.
2. Membentuk pembatas yang halus sehinggan organ yang ada dalam rongga peritoneum tidak saling bergesekan.
3. Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding posterior abdomen.
4. Tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu melindungi terhadap infeksi.
B. PENGERTIAN
Peritonitis adalah inflamasi atau peradangan pada selaput peritoneum-lapisan serosa rongga abdomen. Pasien dengan peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik dengan syok sepsis.Penyebab peritonitis adalah spontaneus bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik.
C. KLASIFIKASI
Infeksi peritonitis dibagi berdasarkan etiologinya :
a. Peritonitis Primer (spontan)
b. Peritonitis Sekunder
Berkaitan dengan proses patologis pada organ viseral.
c. Peritonitis Tersier
Infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat.
D. PATOFISIOLOGI
E. ETIOLOGI
1. Infeksi bakteri
a. Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
b. Appendisitis yang meradang dan perforasi
c. Tukak peptik (lambung / dudenum)
d. Tukak thypoid
e. Tukak disentri amuba / colitis
f. Tukak pada tumor
g. Salpingitis
h. Divertikulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus alpha dan beta hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah clostridium wechii.
2. Secara langsung dari luar.
· Operasi yang tidak steril
· Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi peritonitisyang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon terhadap benda asing, disebut juga peritonitis granulomatosa serta merupakan peritonitis lokal.
· Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, ruptur hati
· Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis. Terbentuk pula peritonitis granulomatosa.
3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis. Penyebab utama adalah streptokokus atau pnemokokus.
F. TANDA DAN GEJALA
v Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberpa penderita peritonitis umum.
v Demam
v Distensi abdomen
v Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum, tergantung pada perluasan iritasi peritonitis.
v Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang jauh dari lokasi peritonitisnya.
v Nausea
v Vomiting
v Penurunan peristaltik (ileus paralitik)
v Peningkatan suhu dan nadi
v Peningkatan jumlah leukosit
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat muncul dari peritonitis adalah :
· Eviserasi luka (post operasi)
· Pembentukkan abses (post operasi)
· Syok akibat septikemi atau hipovolumi
· Sepsis .penyebab kematian umum peritonitis
· Proses inflamasi dapat menyebabkan obstruksi usus, terutama yang disebabkan oleh perlekatan usus.
H. PENATALAKSANAAN
a. Penggantian cairan, koloid, dan elektrolit adalah fokus utama penatalaksanaan medis. Beberapa liter larutan isotonik diberikan. Hipovolemia terjadi karena sejumlah besar cairan dan elektrolit bergerak dari lumen usus kedalam rongga peritoneal dan menurunkan cairan dalam ruang vaskuler.
b. Pemberian analgesik untuk mengatasi nyeri.
c. Antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah.
d. Intubasi usus dan pengisapan membantu mengurangi distensi abdomen dan meningkatkan fungsi usus. Cairan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan adanya tekanan yang mengurangi ekspansi paru dehingga menyebabkan distres pernafasan.
e. Terapi oksigen dengan masker atau kanul nasal akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat. Intubasi jalan nafas dan ventilasi kadang dibutuhkan
f. Terpi antibiotik masif biasanya dimulai sejak awal pengobatan peritonitis. Antibiotik spektrum luas diberikan secara I.V. sampai diketahui organisme penyebab sehingga terapi antibiotik yang tepat dapat dimulai.
g. Tindakan bedah untuk mengangkat materi yang terinfeksi dan memperbaiki penyebab. Tindakan diarahkan pada eksisi (apendiks), reseksi dengan atau tanpa anastomosis (usus), memperbaiki (perforasi), dan drainase (abses). Pada sepsis yang luas peru dibuat diversi fekal.
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
· Drainase panduan CT-Scan dan USG
· Pembedahan
· Test laboratorium
ü Leukositosis
ü Hematokrit meningkat
ü Asidosis metabolik
· X. Ray
Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan :
ü Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.
ü Usus halus dan usus besar dilatasi.
ü Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PERITONITIS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas :
· Identitas pasien
· Identitas Penanggung Jawab
2. Keluhan utama
Pasien peritonitis mengalami nyeri di perut bagian kanan.
3. Riwayat penyakit
· Riwayat penyakit sekarang.
· Riwayat kesehatan dahulu.
· Riwayat kesehatan keluarga.
4. Pola kesehatan :
· Aktivitas / istirahat
Penderita peritonitis mengalami letih, kurang tidur, nyeri perut, dengan aktivitas.
· Eliminasi
Pasien mengalami penurunan berkemih
· Makan dan cairan
Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
· Hygiene
Kelemahan selama aktivitas perawatan diri.
· Nyeri / kenyamanan
Kulit lecet, kehilangan kekuatan, perubahan dalam fungsi mental.
· Interaksi sosial
Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
5. Pemeriksaan laboratorium
· CT-scan dan USG
· Terapi antibiotic
· Terapi nutrisi dan metabolic
· Terapi modulasi respon peradangan
.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dnegan agen cidera kimia pasca operasi.
2. Hipertermi berhubungan dengan medikasi/anastesi.
3. Infeksi risiko tinggi berhbungan dengan trauma jaringan.
4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan medikasi.
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam mencerna makanan.
6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
7. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
C. INTERVENSI
No | Diagnosa Keperawatan | Tujuan & Kriteris Hasil | Intervensi | Rasional |
1 | Nyeri akut b.d cedera kimia pasca operasi. | Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria: · TTV normal · Pasien tampak rileks · Mampu beraktivitas · Dapat melakukan relaksasi | 1. Kaji tanda vital dengan sering dan catat warna kulit, suhu dan kelembaban. 2. Berikan kompres hangat. 3. Observasi drainase pada luka. | 1. Memantau perubahan suhu pasien. 2. Membantu mengurangi demam. 3. Memberikan informasi tentang status infeksi. |
2 | Resiko kerusakkan integritas kulit b.d medikasi. | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan luka sembuh dengan kriteria: · Tingkat penyembuhan luka cepat. · Kerusakkan kulit dapat diccegah. | 1. Observasi warna dan karakteristik drainase. 2. Observasi kulit. | 1. Mengindikasikan adanya obstruktif. 2. Tanda dugaan adanya abses/pembentukan fistula yang memerlukan intervensi medik. |
3 | Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan luka sembuh dengan kriteria: · Pasien dapat mencerna makanan dengan baik. · Pasien tidak mual/muntah. | 1. Tambahkan diet sesuai toleransi. 2. Timbang berat badan dengan teratur. 3. Observasi kulit/ membrane turgor kulit. | 1. Meningkatkan penggunaan nutrein dan keseimbangan nitrogen positif pada pasien yang tak mampu mengasimilasi nutrein dengan normal. 2. Kehilangan / peningkatan dini menunjukkan perubahan hidrasi tetapi kehilangan lanjut diduga ada deficit nutrisi. 3. Hipovolemia, perpindahan cairan & kekurangan nutrisi memperburuk turgor kulit, menambah edema jaringan. |
4 | Intoleransi aktivitas b/d kelemahan secara menyeluruh | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien mencapai peningkatan toleransi aktivitas dengan kriteria: · Memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri. | 1. Periksa TTV 2. Evaluasi peningkatan toleran aktifitas. 3. Berikan bantuan dalam aktivitas perwatan diri sesuai indikasi. | 1. Dapat menunjukkan peningkatan dekompesasi peritoneum daripada kelebihan aktivitas. 2. Membantu dalam evaluasi derajat toleransi. 3. Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien. |
5 | Ansietas b.d perubahan status sosial | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien mencapai peningkatan toleransi aktivitas dengan kriteria : · Rasa takut menjadi berkurang. · Tampak rileks. · Tampak sehat | 1. Evaluasi tingkat ansietas. 2. Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan. 3. Jadwalkan istirahat adekuat dan periode menghentikan tidur | 1. Ketakutan menjadi nyeri hebat. 2. Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan antesias. 3. Membatasi kelemahan, menghemat energi & meningkatkan kemampuan koping |
6 | Kurang pengetahuan b.d salah satu interpretasi informasi | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien mencapai peningkatan toleransi aktivitas dengan kriteria: · pasien memahami sakit yang dialaminya. · Pasien mengetahui cara mengobati penyakitnya | 1. Kaji ulang proses penyakit dasar & harapan untuk sembuh. 2. Diskusikan program pengobatan & efek samping. 3. Anjurkan melakukan aktivitas biasa secara bertahap. 4. Kaji ulang pembahasan aktivitas. 5. Lakukan penggantian balutan secara aseptic. 6. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik | 1. Memberikan dasar pengetahuan pada pasien yang memungkinkan membuat pilihan berdasarkan informasi. 2. Antibiotik dapat dilanjutkan setelah pulang, tergantung lama perawatan. 3. Mencegah kelemahan, meningkatkan perasaan sehat. 4. Menghindari peningkatan intraabdomen & tegangan otot. 5. Menurunkan resiko kontaminasi. 6. Pengenalan dini & pengobatan terjadinya komplikasi dapat mencegah cedera serius. |
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002.Keperawatan Medikal Bedah 5.Jakarta:EGC
Marilynn E Doenges,dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 8.Jakarta:EGC
Silvia A.Price.2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar