Minggu, 06 Maret 2011

obat omeprazole 40 mg


OMZ® Injeksi
Omeprazole 40 mg

Komposisi :
Tiap vial mengandung :
Omeprazol sodium                  42,6 mg
Setara dengan Omeprazole     40 mg
Farmakologi :
Omeprazol secara reversibel mengurangi sekresi asam lambung dengan menghambat secara spesifik enzim lambung pompa proton H+ / K+ - ATPase dalam sel parietal.Secara kimiawi dideskripsikan sebagai 5-methoxy-2-[[(4-methoxy-3-,5-dimethyl-2pyridinyl)methyl]sulfiny]-1H-benzimidazole.
95 % Omeprazole Sodium terikat pada protein plasma. Omeprazole di metabolisme secara sempurna, terutama dihati, sekitar 80% metabolit diekskresi melalui urin dan sisanya melalui feses.
Indikasi :
Merupakan terapi pilihan untuk kondisi berikut yang tidak dapat menerima pengobatan peroral : ulkus duodenum, ulkus gaster, esofagitis ulseratif dan sindorm Zollinger-Ellison.
Kontraindikasi :

obat inspepsa


Inpepsa®
Sucralfate 500 mg / 5 mL
SUSPENSI

KOMPOSISI
Tiap 5 mL suspensi mengandung:
Sukralfat 500 mg
FARMAKOLOGI
Sucralfat adalah suatu kompleks yang dibentuk dari sukrosa oktasulfat dan polialuminium hidroksida.
Aktifitas sukralfat sebagai anti ulkus merupakan hasil dari pembentukan kompleks sukralfat dengan protein yang membentuk lapisan pelindung menutupi ulkus serta melindungi dari serangan asam lambung, pepsin dan garam empedu.
Percobaan laboratorium dan klinis menunjukan bahwa sukralfat menyembuhkan tukak dengan tiga cara :
·         Membentuk kompleks kimiawi yang terikat pada pusat ulkus sehingga merupakan lapisan pelindung.
·         Menghambat aksi asam, pepsin dan garam empedu.
·         Menghambat difusi asam lambung menembus lapisan film sukralfat-albumin.
Penelitian menunjukan bahwa sukralfat dapat berada dalam jangka waktu lama dalam saluran cerna sehingga menghasilkan efek obat yang panjang.
Sukralfat sangat sedikit terabsorbsi disaluran pencernaan sehingga menghasilkan efek samping sistemik yang minimal.
INDIKASI
Pengobatan jangka pendek (sampai 8 minggu) pada duodenal ulcer.
DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
Umunya pada orang dewasa adalah :
2 sendok teh (10 mL), 4 kali sehari, sewaktu lambung kosong ( 1 jam sebelum makan dan tidur).
Pengobatan harus dilanjutkan, kecuali apabila pemeriksaan endoskopi atau sinar X telah memperlihatkan kesembuhan.

PERINGATAN DAN PERHATIAN
Inpepsa® harus diberikan secara hati-hati pada pasien gagal ginjal kronis dan pasien dialisis.
Penggunaan Inpepsa® selama kehamilan jika benar-benar diperlukan.
Jika diperlukan, antasida dapat diberikan dalam jangka waktu ½ jam sebelum atau sesudah pemberian Inpepsa®.
Keamanan dan efektifitas pada anak-anak belum dapat ditetapkan.
EFEK SAMPING
Terjadinya efek samping sangat jarang, yang relatif sering dilaporkan hanya konstipasi dan mulut terasa kering.Keluhan lain adalah diare, mual, muntah, tidak nyaman diperut, flatulen, pruritus, rash, mengantuk, pening, nyeri pada bagian belakang dan sakit kepala.
KONTRA INDIKASI
Tidak diketahui kontra indikasi penggunaan sukralfat.
INTERAKSI OBAT
Inpepsa® dapat mengurangi absorbsi atau bioavailabilitas obat-obatan : simetidin, ciprofloxacin, digoxin, ketakonazol, norfoxacin, fenitoin, ranitidin, tetraxyclin dan teofilin, sehingga obat-obatan tersebut harus diberikan dalam waktu dua jam sebelum pemberian Inpepsa®.
PENYIMPANAN
Simpan pada suhu dibawah 300 C, terlindung dari cahaya.
KEMASAN
Botol isi 100 mL dan 200 mL suspensi.
No.Reg DKL9631511933A1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Diproduksi oleh :
PT. PRATAPA NIRMALA
Tangerang - Indonesia

asuhan keperawatan dengan klien tonsilitis


TONSSILITIS
A.    DEFINISI
Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. ( Ngastiyah,1997 )
B.     ETIOLOGI
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini yaitu :
1.      Streptokokus Beta Hemolitikus
2.      Streptokokus Viridans
3.      Streptokokus Piogenes
4.      Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections)
Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
·         Pneumococcus
·         Staphilococcus
·         Haemalphilus influenza
·         Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus:
·         Streptococcus B hemoliticus grup A
·         Streptococcus viridens
·         Streptococcus pyogenes
·         Staphilococcus
·         Pneumococcus
·         Virus
·         Adenovirus
·         ECHO
·         Virus influenza serta herpes.

C.     PROSES PATOLOGI
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.

D.    MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
·         Nyeri tenggorok
·         Nyeri telan
·         Sulit menelan
·         Demam
·         Mual
·         Anoreksia
·         Kelenjar limfa leher membengkak
·         Faring hiperemis
·         Edema faring
·         Pembesaran tonsil
·         Tonsil hiperemia
·         Mulut berbau
·         Otalgia (sakit di telinga)
·         Malaise
E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1.      Leukosit : terjadi peningkatan
2.      Hemoglobin : terjadi penurunan
3.      Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
F.      KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik adalah :
1.      Tonsilitis kronis
2.      Otitis media
G.    PENATALAKSANAAN
Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah :
1.      Penatalaksanaan medis
·         Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin, eritromisin dll
·         Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
·         Analgesik untuk meredakan nyeri
2.      Penatalaksanaan keperawatan
·         Kompres dengan air hangat
·         Istirahat yang cukup
·         Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
·         Kumur dengan air hangat
·         Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien
H.    FOKUS PENGKAJIAN
1.      Keluhan utama
·         Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
2.      Riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi dll.
3.      Riwayat kesehatan lalu
·         Riwayat kelahiran
·         Riwayat imunisasi
·         Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media )
·         Riwayat hospitalisasi
4.      Pengkajian umum
·         Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll
5.      Pernafasan
·         Kesulitan bernafas, batuk
·         Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
a.       T0 : bila sudah dioperasi
b.      T1 : ukuran yang normal ada
c.       T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
d.      T3 : pembesaran mencapai garis tengah
e.       T4 : pembesaran melewati garis tengah
6.      Nutrisi
·         Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum, turgor kurang
7.      Aktifitas / istirahat
·         anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
8.      Keamanan / kenyamanan
Kecemasan anak terhadap hospitalisasi
I.       DIAGNOSA KEPERAWATAN dan FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada tonsilitis akut adalah :
1.              Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil.
Intervensi :
a.       Pantau suhu tubuh anak ( derajat dan pola ), perhatikan menggigil atau tidak
b.      Pantau suhu lingkungan
c.       Batasi penggunaan linen, pakaian yang dikenakan klien
d.      Berikan kompres hangat
e.       Berikan cairan yang banyak ( 1500 – 2000 cc/hari )
f.       Kolaborasi pemberian antipiretik
2.              Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
Intervensi :
a.       Pantau nyeri klien(skala, intensitas, kedalaman, frekuensi )
b.      Kaji TTV
c.       Berikan posisi yang nyaman
d.      Berikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkannya pelan – pelan melalui mulut
e.       Berikan tehnik distraksi untuk mengalihkan perhatian anak
f.       Kolaborasi pemberian analgetik
3.              Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya anoreksia.
Intervensi :
a.       Kaji conjungtiva, sclera, turgor kulit
b.      Timbang BB tiap hari
c.       Berikan makanan dalam keadaan hangat
d.      Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi seringsajikan makanan dalam bentuk yang menarik.
e.       Tingkatkan kenyamanan lingkungan saat makan
f.       Kolaborasi pemberian vitamin penambah nafsu makan
4.              Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
Intervensi :
a.       Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
b.      Observasi adanya kelelahan dalam melakukan aktifitas
c.       Monitor TTV sebelum, selama dan sesudah melakukan aktifitas
d.      Berikan lingkungan yang tenang
e.       Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi klien
5.              Gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi pada tuba eustaki.
Intervensi :
a.       Kaji ulang gangguan pendengaran yang dialami klien
b.      Lakukan irigasi telinga
c.       Berbicaralah dengan jelas dan pelan
d.      Gunakan papan tulis / kertas untuk berkomunikasi jika terdapat kesulitan dalam berkomunikasi
e.       Kolaborasi pemeriksaan audiometri