Minggu, 20 Februari 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA


ASMA
A.     Pengertian
·        Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri bronkospasme periodik (kontriksi spasme pada saluran pernapasan) terutama pada percabangan trakeobronkial yang dapat oleh sebagai stimulus seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi.
·        Asma adalah penyakit obstruksi jalan nafas, yang dapat pulih dan intermitten yang ditandai oleh penyenpitan jalan nafas, mengakibatkan dispneu, batuk dan mengi. Eksarbasi akut terjadi dari beberapa menit sampai jam, bergantian dengan periode bebas gejala.

B.     Etiologi
Faktor pencetus serangan asma :
o   Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari, rerumputan
o   Iritan seperti asap,bau-bauan, dan polutan
o   Infeksi saluran pernapasan terutama yang disebabkan oleh virus
o   Perubahan cuaca yang ekstrim
o   Kegiatan jasmani yang berlebihan
o   Lingkungan kerja
o   Obat-obatan
o   Emosi
o   Refluks gastroesofagus
Sedangkan faktor penyebab serangan asma :
v  Faktor prediposisi
·        Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya.Meskipun belum diketahui cara penurunan yang jelas, penderita yang dengan penyakit alergi juga mempunyai keluarga dekat menderita penyakit alergi.
v  Prespitasi
·        Alergen
Dimana alergen di bagi menjadi 3 jenis yaitu :
ü  Inhalan yang masuk melalui saluran pernapasan
Cth :debu,bulu binatang,serbuk bungan, spora jamur, bakteri dan polusi.
ü  Ingestan yang masuk melalui mulut
Cth: makanan dan obat-obatan
ü  Kontaktan yang masuk melalui kontak dengan kulit
·        Perubahan cuaca
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.Kadang serangan berhubungan dengan musim,seperti : musim hujan, musim kemerau.
·        Stress
Stress /emosi dapat memperberat serangan asma.Bagi penderita asma perlu untuk menyelesaikan masalah pribadi secepat mungkin karena jika sters tidak diatasi maka gejala asma belum bisa diobati.
·        Lingkungan kerja
Misalnya: orang yang bekerja di laboratorium hewan, indukstri tekstil, pabrik abses, polisi lalulintas.Gejala dapat membaik saat libur atau cuti.
·        Olahraga / aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan asma saat melakukan aktivitas jasmani yang berat.
Asma adalah suatu obstruksi jalan nafas yang refersibel yang disebabkan oleh:
·        Kontraksi otot disekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
·        Pembengkakan membran bronkus.
·        Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.

C.     Klasifikasi
Dibagi berdasarkan penyebab, terbagi menjadi alergi ,idiopatik, dan non alergik:
a.       Asma alergik/ekstrinsik:
merupakan suatu bentuk asma dengan alergen seperti bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan,dll.Alergen terbanyak adalah airbone dan musiman(seasonal).Klien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat pengobatan eksim atau rhinitis alergik.Paparan terhadap alergi dapat mencetuskan serangan asma.Biasanya pada anak-anak sampai usia remaja.
b.      Idiopatik atau non alergik asma/ intrinsik
Tidak berhubungan secara langsung dengan alergen spesifik.Faktor-faktor seperti common cold,ISPA, aktivitas, emosi/stres dan polusi lingkungan akan mencetuskan serangan asma.Beberapa agen farmakologi: seperti antagonis β – adregenik dan bahan sulfat (penyedap makanan) juga dapat menjadi faktor penyebab.Bila asma idiopatik sering terjadi dan lebih berat maka dapat menyebabkan Bronkitis dan emfisema.Biasanya asma ini dimulai ketika dewasa (>35 tahun).
c.       Asma campuran (mixed asma)
Merupakan bentuk asma yang paling sering.Dikarakteristikan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan idiopatik.

D.     Flowchart: Process: Pencetus serangan
(alergen,emosi/stres,obat-obtan,& infeksiPatofisiologis

















Flowchart: Process: Bersihan jalan nafas tidak efektif




 
























Asma alergi bergantung pada respon Ig E yang dikendalikan oleh limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul Ig E yang berikatan dengan sel mast.Sebagian besar alergen yang mencetuskan asma bersifat airbone dan dapatmenginduksi keadaan sensitivitas, alergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu tertentu.Akan tetapi, sekali sensitivitas telah terjadi, klien akan memperlihatkan respons yang sangat baik,sehingga sejumlah kecil alergen yang menganggu sudah dapat menghasilkan eksarbasi penyakit yang jelas.
E.      Tanda dan gejala
Serangan asma :
1.      Wheezing
2.      Dispnea dengan lama ekspirasi, penggunaan otot-otot aksesori pernapasan
3.      Pernapasan cuping hidung
4.      Diaforesis
5.      Seringkali terjadi malam hari
6.      Mulai secara mendadak dengan batuk dan sensasi sesak dada
7.      Kemudian pernapasan lambat, laborius, mengi
8.      Ekspirasi lebih kuat dan lama dari inspirasi
9.      Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan
10.  Obstruksi jalan napas membuat sensasi dispnea
11.  Batuk sulit dan kering pada awalnya: diikuti dengan batuk lebih kuat dengan sputum yang berbeda dari lendir encer
12.  Total serangan dapat berlangsung selama 20 menit sampai beberapa jam
13.  Sianosis sekunder akibat hipoksia berat
14.  Kecemasan labil dan penurunan tingkat kesadaran
Reaksi yang berhubungan :
§  Eksem
§  Urtikaria
§  Edema angioneurotik
1.1  Pengkajian untuk menentukan beratnya asma
Manifestasi klinis
Skor 0
Skor 1
a.       Penurunan toleransi beraktifitas
Ya
Tidak
b.      Penggunaan otot bernafas tambahan, adanya retraksi interkostal
Tidak ada
Ada
c.       Wheezing
Tidak ada
Ada
d.      RR per menit
< 25
>25
e.       Nadi (pulse rate) /menit
< 120
>120
f.        Terata pulsus paradoksus
Tidak ada
Ada
g.       Puncak expiratory flow rate (L/menit)
>100
< 100
Ket : skor ≥ 4 dicurigai sebagai  asma berat, klien harus diobservasi untuk menentukkan adakah respons dari terapi atau segera dikirim ke rumah sakit.
1.2  Perubahan AGD yang berhubungan dengan asma

Ringan
Sedang
Berat
Status asmatikus
PaO2
Elevasi
Normal sampai hipoksia ringan
Hipoksemia
Hipoksemia berat
PaC02
Menurun
Menurun sampai normal
Elevasi
Elevasi berat
pH
Alkalosis
Alkalosis
Alkalosis
Asidosis

F.      Komplikasi
v  Pneomothoraks
v  Ateletaksis
v  Gagal napas
v  Bronkitis kronik
v  Fraktur iga
v  Status asmatikus
v  Kematian

G.     Penatalaksanaan
Terapi obat:
·        Agonis beta
·        Metilsantin
·        Antikolinergik (atropine metilnitrat, atrovent)
·        Kortikosteroid ( hidrokortison, mednison, deksametason)
·        Inhibitor sel mast
·        Metaprotenol
·        Albuterol (proventil, ventolin)
·        Tarbutalin
·        Epineprin
Prinsip-prinsip penatalaksanaan bronkial:
a.       Diagnosis status asmatikus.Faktor penting yang harus diperhatikan:
·        Saatnya serangan
·        Obat-obatan yang telah diberikan (macam & dosis)
b.      Pemberian obat bronkodilator
c.       Penilaian terhadap perbaikan serangan
d.      Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid
e.       Penatalaksanaan setelah serangan mereda:
·        Cari faktor penyebab
·        Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya

H.     Pencegahan
1.      Evaluasi dan identifikasi protein asing yang mencetuskan serangan.
2.      Lakukan uji kulit terhadap bahan dan matras/bantal jika serangan terjadi pada malam hari/
3.      Lakukan uji kulit yang dibuat dengan senyawaan kerokan antigen dari rambut atau kulit jika serangan tampak berkaitan dengan binatang.
4.      Hindari pemajanan terhadap bercak serbuk yang membahayakan.Misalnya: tinggal dalam ruangan ber-AC selama musim serbuk atau jika memungkinkan ubah zona iklim.
5.      Cegah asma yang disebabkan oleh latihan (EIA) dengan melakukan inspirasi udara pada 370 C dan kelembaban relatif 100%.
6.      Tutup mulut dan hidung menggunakan masker untuk aktivitas yang menyebabkan serangan.

I.        Pemeriksaan penunjang
a.       Spirometri
Untuk menunjukkan adaya obstruksi jalan nafas
b.      Tes provokasi
o   Untuk menunjang adanya hiperaktivitas bronkus
o   Dilakukan apabila tidak menggunakan spirometri
o   Tes provokasi bronkial seperti:histamin,metalkolin.alergen.kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi udara denga aqua destilata.
o   Tes kulit: menunjukkan adanya antibodi Ig E yang spesifik dalam tubuh
c.       Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum
d.      Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen dada normal
e.       Pemeriksaan eosinofil total dalam darah
f.        AGD dilakukan pada asma berat:
§  AGD pada umumnya normal tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis.
§  Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH
§  Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang diatas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapat suatu infeksi.
§  Pada pemeriksaan faktor-faktor energi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
g.       Pemeriksaan Sputum
§  Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
§  Spiral chrusmann yakni yang merupakan chast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
§  Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
§  Neotrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.











ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA
  1. PENGKAJIAN
1.      Identitas klien
a.       Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin.
b.      Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.
c.       Status mental : lemas, takut, gelisah.
d.      Pernapasan : perubahan frekuensi kedalaman pernapasan.
e.       Gastrointestinal : mual, muntah.
f.        Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah.
2.      Pemeriksaan fisik
Dada :
a.       Contour ,confek, tidak ada depresi sternum
b.      Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal
c.       Keabnormalan struktur thorax
d.      Contour dada simetris
e.       Kulit thorax : hangat, kering, pucat / tidak, warna merata
f.        RR dan ritme selama 1 menit
Palpasi :
a.       Temperatur kulit
b.      Fremitus : vibrasi dada
c.       Pengembangan dada
d.      Krepitasi
e.       Massa
f.        Edema
Auskultasi :
a.       Vesikuler
b.      Bronkovesikuler
c.       Hiperventilasi
d.      Ronchi
e.       Wheezing
f.        Lokasi perubahan suara napas serta kapan saatnya terjadi

  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi mukus.
2.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
3.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
4.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemehan fisik.
5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit
6.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan  meningkatnya pernapasan dan menurunnya intake oral.
7.      Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan distress pernapasan.
8.      Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.
9.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak kuatnya imunitas.

C. INTERVENSI
No
Diagnosa keperawatan
Tujuan & kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.
Setelah dilakukkan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan pasien dapat :
  • Jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
  • Sesak berkurang
  • Batuk berkurang
  • Klien dapat mengeluarkan sputum
  • Wheezing berkurang/hilang
  • TTV normal

Ø  Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi



Ø  Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.






Ø  Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada sandaran.
Ø   Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.
Ø  Berikan air hangat.


Kolaborasi :
Ø  Berikan obat sesuai indikasi.
Bronkodilator spiriva 1×1 (inhalasi).
Ø  Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).
Ø  Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
Ø  Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
Ø  Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan.


Ø  Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

Ø  Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.
2
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,diharapkan :
  • Pola nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
  • Pola nafas efektif
  • Bunyi  nafas normal atau bersih,
  • TTV dalam batas normal
  • Batuk berkurang
  • Ekspansi paru mengembang
Ø  Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.

Ø  Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.
Ø  Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.


Ø  Observasi pola batuk dan karakter sekret.

Ø  Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.



Kolaborasi:
Ø  Berikan oksigen tambahan.
Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer

Ø  Kecepatan  biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada
Ø  Ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan
Ø  Duduk  tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan
Ø  Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.
Ø  Dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas

Ø  Memaksimalkan  bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.



SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema                :           Penyuluhan kesehatan pada pasien dengan ASMA
Subtema           :           Penyuluhan modifikasi lingkungan dan pengetahuan ASMA
Sasaran            :           Keluarga dan Ny. K
Waktu              :           30 menit
Tempat             :           RS.Bethesda

       I.            Tujuan instruksional umum ( TIU )
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga Ny.K, diharapkan kelurga Ny. K  memahami tentang ASMA Ny. K.

     II.            Tujuan instruksional khusus ( TIK )
Setelah dilakukan memberikan penyuluhan tentang ASMA, diharapkan keluarga Ny. K  mampu untuk :
a.       Menyebutkan dengan benar apa yang di maksud dengan ASMA
b.      Menyebutkan dengan benar penyebab ASMA
c.       Menyebutkan dengan benar tanda dan gejala ASMA
d.      Menyebutkan dengan benar cara penanganan ASMA
e.       Menyebutkan dengan benar komplikasi ASMA
f.        Menyebutkan dengan benar pencegahan ASMA
   III.            Materi
a.      Pengertian ASMA
b.      Penyebab ASMA
c.       Tanda dan gejala ASMA
d.      Cara penanganan ASMA
e.      Komplikasi ASMA
f.        Pencegahan ASMA
  IV.            Metode pembelajaran
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab
3.      Demonstrasi
     V.            Kegiatan Penyuluhan
NO.
KEGIATAN
PEYULUHAN
PESERTA
WAKTU
1.
Pendahuluan dan apersepsi
«  Salam pembuka (terapeutik)
«  Perkenalan
«  Menyampaikan tujuan penyuluhan
«  Apersepsi
«  menjawab salam

«  menyimak
«  merespon pengenalan
«  mendngarkan, menjawab pertanyaan
5 menit
2.
Isi
«  penyampaian garis besar materi ASMA
«  memberi kesempatan peserta untuk bertanya
«  menjawab pertanyaan

«  evaluasi
«  mendengarkan dengan penuh perhatian
«  menayakan hal-hal yang belum jelas


«  memperhatikan jawaban dari penyuluh
«  menjawab pertanyaan
20 menit
3.
Penutup
«  mengevaluasi pemahaman klien
«  menyimpulkan
«  memberikan pesan
«  salam pentup
«  menjawab pengevaluasian
«  mendengarkan
«  mendengarkan
«  menjawab salam
5 menit

  VI.            Media/alat bantu
-          Leafled
VII.            Sumber/ Referensi
Brunner & Suddarth.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
VIII.            Evaluasi
1.      Formatif
Pasien mampu menjelaskan tentang  ASMA :
a.      Menjelaskan dengan benar pengertian ASMA
b.      Menjelaskan dengan benar penyebab ASMA
c.       Menjelaskan dengan benar tanda dan gejala ASMA
d.      Menjelaskan dengan benar cara penanganan ASMA
e.      Menjelaskan dengan benar komplikasi ASMA
f.        Menjelaskan dengan benar pencegahan ASMA
2.      Sumatif
Pasien memahami dan mengerti tentang ASMA.
Yogyakarta, 26 November 2010
Penyuluh Perawat Z

Chacha




LAMPIRAN MATERI
1.      Pengertian ASMA
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan ( The American Thoracic Society ).

2.      Etiologi / penyebab
a.       faktor prediposisi:
·        Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b.      Faktor presipitasi
·        Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
ü  Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
ü  Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
ü  Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
·        Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
·        Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
·        Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
·        Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.


3.      Tanda dan gejala
o   Batuk
o   Dyspnea
o   Nyeri dada
o   Bernafas cepat dan dalam
o   Gelisah
o   Berkeringat
o   Mengi
o   Bunyi wizing
  1. Cara penanganan ASMA
Pengobatan non farmakologik:
·        Memberikan penyuluhan
·        Menghindari faktor pencetus
·        Pemberian cairan
·        Fisiotherapy
·        Beri O2 bila perlu.
Pengobatan farmakologik :
a.      Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
ü  Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
§  Orsiprenalin (Alupent)
§  Fenoterol (berotec)
§  Terbutalin (bricasma)
  1. Komplikasi
v  Status asmatikus
v  Atelektasis
v  Hipoksemia
v  Pneumothoraks
v  Emfisema
v  Deformitas thoraks
v  Gagal nafas
  1. Pencegahan
a.      Kebersihan lingkungan
b.      Menghindari faktor pencetus
c.       Memberikan Penkes
d.      Menutup mulut dan hidung dengan masker











DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Somantri Irman.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta : Salemba Medika


Tidak ada komentar:

Posting Komentar