EMPIEMA
A. Anatomi Fisiologi Pleura
Paru kanan normalnya terdiri dari tiga lobus (atas, tengah, dan bawah) dan merupakan 55% bagian paru. Paru kiri normalnya terdiri dari dua lobus (atas dan bawah). Pada lobus atas paru kiri pada bagian bawahnya terdapat lingula yang merupakan analog dari lobus tengah paru kanan. Paru mengalami perkembangan yang hebat, saat lahir, bayi memiliki 25 juta alveoli ; jumlah ini bertambah menjadi 300 juta setelah dewasa. Pertumbuhan paling sering terjadi saat usia 8 tahun. Pertumbuhan tercepat pada usia 3 – 4 tahun. Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan parietalis. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan ikat, dan dalam keadaan normal, berisikan lapisan cairan yang sangat tipis. Membran serosa yang membungkus parekim paru disebut pleura viseralis, sedangkan membran serosa yang melapisi dinding toraks, diafragma, dan mediastinum disebut pleura parietalis. Rongga pleura terletak antara paru dan dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hilus paru. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara pleura viseralis dan parietalis, diantaranya pleura viseralis memiliki ciri ciri permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesotelial yang tipis < 30mm, diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit, di bawah sel-sel mesotelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit, di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik, lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari arteri pulmonalis dan arteri brakhialis serta pembuluh limfa, menempel kuat pada jaringan paru, fungsinya untuk mengabsorbsi cairan pleura.
Volume cairan pleura selalu konstan, dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik sebesar 9 mmHg , diproduksi oleh pleura parietalis, serta tekanan koloid osmotik sebesar 10 mmHg yang selanjutnya akan diabsorbsi oleh pleura viseralis.
B. PENGERTIAN
Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) didalam rongga pleura.Pada awalnya,cairan pleura encer dengan jumlah leukosit rendah,tetapi sering kali menjadi stadium fibropurulen dan akhirnya sampai pada keadaan dimana paru-paru tertutup oleh membran eksudat yang kental.Meskipun empiema sering kali disebabkan oleh komplikasi dari infeksi pulmonal, namun tidak jarang penyakit ini terjadi karena pengobatan yang terlambat.
Empiema merupakan salah satu penyakit yang sudah lama ditemukan dan berat. Di India terdapat 5 – 10% kasus anak dengan empiema toraks. Empiema toraks didefinisikan sebagai suatu infeksi pada ruang pleura yang berhubungan dengan pembentukan cairan yang kental dan purulen baik terlokalisasi atau bebas dalam ruang pleura yang disebabkan karena adanya dead space, media biakan pada cairan pleura dan inokulasi bakteri. Empiema paling banyak ditemukan pada anak usia 2 – 9 tahun. Empiema adalah akumulasi pus diantara paru dan membran yang menyelimutinya (ruang pleura) yang dapat terjadi bilamana suatu paru terinfeksi. Pus ini berisi sel sel darah putih yang berperan untuk melawan agen infeksi (sel sel polimorfonuklear) dan juga berisi protein darah yang berperan dalam pembekuan (fibrin). Ketika pus terkumpul dalam ruang pleura maka terjadi peningkatan tekanan pada paru sehingga pernapasan menjadi sulit dan terasa nyeri. Seiring dengan berlanjutnya perjalanan penyakit maka fibrin-fibrin tersebut akan memisahkan pleura menjadi kantong kantong (lokulasi). Pembentukan jaringan parut dapat membuat sebagian paru tertarik dan akhirnya mengakibatkan kerusakan yang permanen.
C. KLASIFIKASI
Empiema dibagi menjadi dua stadium :
a. Empiema akut
Terjadi akibat infeksi sekunder dari tempat lain, bukan primer dari pleura.Bila pada stadium ini dibiarkan beberapa minggu, maka akan timbul toksemia ,anemia, dan clubbing finger.Jika pus tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleural.
b. Empiema kronis
Batas tegas antara empiema akut dan kronis sukar ditentukan.Disebut kronis jika empiema berlangsung selama lebih dari 3 bulan.Pada stadium ini,jika klien menerima terapi antimikroba, manifestasi klinis akan dapat dikurangi.
D. PATOFISIOLOGI
Akibat invasi basil piogenik ke pleura, maka akan timbul peradangan akut yang diikuti pembentukan eksudat serosa.Dengan banyaknya sel PMN baik yang hidup maupun yang mati serta meningkatnya kadar protein, maka cairan menjadi keruh dan kental.Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisasi nanah tersebut.Apabila nanah menembus bronkus, maka timbul fistel bronkopleural yang menembus dinding thorak dan keluar melalu kulit yang disebut empiema nessensiatis.Stadium ini masih disebut empiema akut yang lama kelamaan menjadi kronis.
E. ETIOLOGI
a. Infeksi yang berasal dari dalam paru :
· Abses paru
· TBC paru
· Aktinomikosis paru
· Fistel Bronko-Pleura
b. Infeksi yang berasal dari luar paru :
· Trauma Thoraks
· Pembedahan thorak
· Torasentesi pada pleura
· Sufrenik abses
· Amoebic liver abses
Penyebab lain dari empiema adalah :
1. Stapilococcus
Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal sebagai Staph, yang dapat menyebabkan banyak penyakit-penyakit sebagai akibat dari infeksi beragam jaringan-jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan penyakit tidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab untuk keracunan makanan dan toxic shock syndrome. Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari ringan dan tidak memerlukan perawatan sampai berat/parah dan berpotensi fatal.
2. Pnemococcus
Pneumococcus adalah salah satu jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius seperti radang paru-paru (pneumonia),meningitis (radang selaput otak) dan infeksi darah (sepsis).Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman pneumokokus, tetapi hanya sedikit yang bisa menyebabkan penyakit gawat. Bentuk kumannya bulat-bulat dan memiliki bungkus atau kapsul. Bungkus inilah yang menentukan apakah si kuman akan berbahaya atau tidak.
3. Streptococcus.
F. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala empiema secara umum adalah :
· Demam
· Keringat malam
· Nyeri pleural
· Dispnea
· Anoreksia dan penurunan berat badan
· Auskultasi dada, ditemukan penurunan suara napas
· Perkusi dada, suara flatness
· Palpasi , ditemukan penurunan fremitus
Tanda gejala empiema berdasarkan klasifikasi empiema akut dan empiema kronis
a. Emphiema akut:
o Panas tinggi dan nyeri pleuritik.
o Adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura.
o Bila dibiarkan sampai beberapa minggu akan menimbulkan toksemia, anemia, dan clubbing finger .
o Nanah yang tidak segera dikeluarkan akan menimbulkan fistel bronco-pleural.
o Gejala adanya fistel ditandai dengan batuk produktif bercampur dengan darah dan nanah banyak sekali.
b. Emphiema kronis:
o Disebut kronis karena lebih dari 3 bulan.
o Badan lemah, kesehatan semakin menurun.
o Pucat, clubbing finger.
o Dada datar karena adanya tanda-tanda cairan pleura.
o Terjadi fibrothorak trakea dan jantung tertarik kearah yang sakit.
o Pemeriksaan radiologi menunjukkan cairan.
G. KOMPLIKASI
Kemungkinan komplikasi yang terjadi adalah pengentalan pada pleura. Jika inflamasi telah berlangsung lama, eksudat dapat terjadi di atas paru yang menganggu ekspansi normal paru. Dalam keadaan ini diperlukan pembuangan eksudat melalui tindakan bedah (dekortasi). Selang drainase dibiarkan ditempatnya sampai pus yang mengisi ruang pleural dipantau melalui rontgen dada dan pasien harus diberitahu bahwa pengobatan ini dapat membutuhkan waktu lama.
H. PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan Empiema adalah sebagai berikut :
a. Pengosongan nanah
Dilakukan pada abses untuk mencegah efek toksiknya.
1. Closed drainase-tube toracostorry water sealed drainase dengan indikasi :
Ø Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi
Ø Nanah terus terbentuk setelah dua minggu
Ø Terjadinya Piopneumothorak
WSD dapat juga dibantu dengan penghisapan negatif sebesar 10-20 cmH2O.Jika setelah 3-4 minggu tidak ada kemajuan, harus ditempuh cara lain seperti pada empiema kronis.
2. Drainase terbuka (open drainage)
Dilakukan dengan menggunakan kateter karet yang besar, oleh karena disertai juga dengan reseksi tulang iga.Open drainage ini dikerjakan pada empiema kronis,hal ini bisa terjadiakibat pengobatan yang lambat atau tidak adekuat,misalnya aspirasi yang terlambat/ tidak adekuat, drainase tidak adekuat atau harus sering mengganti/ membersihkan drain.
b. Antibiotik
Antibiotik harus segera diberikan begitu diagnosis ditegakkan dan dosisnya harus adekuat. Pemilihan antibiotik didasarkan pada hasil pengecatan gram dan apusan nanah.Pengobatan selanjutnya bergantung pada hasil kultur dan sensivitasnya.Antibiotika dapat diberikan secara sistematik atau topikal.Biasanya diberikan Penicillin.
c. Penutupan rongga Empiema
Pada empiema menahun seringkali rongga empiema tidak menutup karena penebalan dan kekakuan pleura.Pada keadaan demikian dilakukan pembedahan (dekortikasi) atau torakoplasti.
1. Dekortikasi
Tindakan ini termasuk operasi besar, dilakukan dengan indikasi :
· Drain tidak berjalan baik karena banyak kantong-kantong.
· Letak empiema sukar dicapai oleh drain.
· Empiema totalis yang mengalami organisasi pada pleura viseralis.
2. Torakplasti
Alternatif torakplasti diambil jika empiema tidak kunjung sembuh karena adanya fistel bronkopleural atau tidak mungkin dilakukan dekortikasi.Pada pembedahan ini segmen tulang iga dipotong subperiosteal.Dengan demikian dinding thorak jatuh kedalam rongga pleura karena tekanan atmosfir.
d. Pengobatan kausal
Misalnya pada subfrenik abses dengan drainase subdiafragmatika, terapi spesifik pada amoebiasis dan sebagainya.
e. Pengobatan tambahan
Perbaiki keadaan umum, fisioterapi untuk membebaskan jalan nafas.
Penanggulangan empiema tergantung dari fase empiema, yaitu :
1. Fase I (Fase Eksudat)
Dilakukan drainase tertutup (WSD) dan dengan WSD dapat dicapai tujuan diagnostik terapi dan prevensi, diharapkan dengan pengeluaran cairan tersebut dapat dicapai pengembangan paru yang sempurna.
2. Fase II (Fase Fibropurulen)
Pada fase ini penanggulangan harus lebih agresif lagi yaitu dilakukan drainase terbuka (reseksi iga/ "open window") . Dengan cara ini nanah yang ada dapat dikeluarkan dan perawatan luka dapat dipertahankan. Drainase terbuka juga bertujuan untuk menunggu keadaan pasien lebih baik dan proses infeksi lebih tenang sehingga intervensi bedah yang lebih besar dapat dilakukan. Pada fase II ini VATS surgery sangat bermanfaat, dengan cara ini dapat dilakukan empiemektomi dan/ atau dekortikasi.
3. Fase III (Fase Organisasi)
Dilakukan intervensi bedah berupa dekortikasi agar paru bebas mengembang atau dilakukan obliterasi rongga empiema dengan cara dinding dada dikolapskan (Torakoplasti) dengan mengangkat iga-iga sesuai dengan besarnya rongga empiema, dapat juga rongga empiema disumpel dengan periosteum tulang iga bagian dalam dan otot interkostans (air plombage), dan disumpel dengan otot atau omentum (muscle plombage atau omental plombage).
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
v Foto dada
v Torasentesis
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EMPIEMA
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10):
1. Riwayat atau adanya faktor resiko
Ø PPOM
Ø Perokok berat
Ø Imobilisasi fisik lama
Ø Pemberian makanan melalui selang secara terus menerus.
Ø Obat-obat imunosupresif (kemoterapi, kortikosteroid).
Ø Penyakit yg melemahkan (AIDS, kanker)
Ø Menghirup atau aspirasi zat iritan
Ø Terpapar polusi udara terus menerus
Ø Terpasang selang intrakostal.
Ø Penurunan tingkat kesadaran (stupor, letargi, pra-koma, koma).
2. Pemeriksaan Fisik
§ Demam tinggi dan menggigil (awitan tiba-tiba atau berbahaya).
§ Nyeri dada pleuritik
§ Takipnea dan takikardi
§ mikoplasma, viral dan stafilokokus akan terlihat infiltrat kemerahan.
§ Kultur sputum menunjukkan adanya bakteri
§ Sinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada pasien dengan pneumonia pneumokokus, legionella, klebsiela, dan H.Influenza dan pada pneumonia
§ Pewarnaan garam jika infeksi disebabkan oleh bakteri gram negatif atau gram posistif.
§ Bronkoskopi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pada semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup yang berikut ini:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas Berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, obesitas.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan dispnea, ansietas, posisi tubuh.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler-alveolar, ketidakseimbangan perfusi-ventilasi.
4. Nyeri pleuritik berhubungan dengan empiema.
5. Hypertermi berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan.
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, intoleransi makanan, hilangnya nafsu makan, mual/ muntah.
7. Ansietas berhubungan dengan nyeri pleuritik, dan ketidaktahuan.
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan respon pernapasan terhadap aktivitas.
- INTERVENSI
No | Diagnosa Kep. | Tujuan & kriteria hasil | Intervensi | Rasional |
1 | Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. peningkatan produksi sputum, obesitas. DO:
DS:
| Setelah dilakukkan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
| Ø Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada Ø Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, missal krekels mengi. Ø Penghisapan sesuai dengan indikasi Ø Berikan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari, tawarkan air hangat. Ø Ajarakan metode batuk efektif dan terkontrol Kolaborasi Ø Pemeriksaan sputum pasien di laboratorium | Ø Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan. Gerakan dinding dada dan atau cairan paru. Ø Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronchial (normal pada bronkus) dapat terjadi juga pada area konsolidasi. Krekels, rongkhi, dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi Ø Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran. Ø Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret Ø Batuk tidak terkontrol akan melelahkan klien. Ø Sputum yang di periksa guna untuk mengetahui adanya penyakit lain |
2 | Ketidakefektifan pola napas b.d dispnea, ansietas, posisi tubuh DO:
DS:
| Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
| Ø Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara. Ø Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan atau bunyi tambahan Ø Palpasi fremitus Ø Anjurkan klien untuk tidak memikirkan hal-hal yang menyebabkan ansietas. Ø Pertimbangkan penggunaan kantung kertas saat ekspirasi latih individu bernapas perlahan dan efektif Kolaborasi Ø Pemberian oksigen dari dokter Ø Jaga posisi pasien agar tetap semifowler | Ø Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan atau kronisnya proses penyakit Ø Bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus / tertahannya secret. Ø Penurunan tekanan vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak. Ø Salah saut faktor penyebab hiperventilasi adalah ansietas. Ø Meningkatkan kemampuan kontrol individu terhadap proses ekspirasi Ø Agar pernapasan dapat berjalan dengan baik Ø Posisi semifowler dapat mempermudah pasien dalam bernafas efektif |
3 | Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane kapiler-alveolar, ketidakseimbangan perfusi-ventilasi DS:
DO:
| Setelah dilakukan tindakkan keperawatan selama 3x24 jam : Ø Menyatakan nyeri hilang/terkontrol Ø Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, daan peningkatan aktivitas dengan tepat. Ø Mencapai fungsi paru yang maksimal. Ø Menutarakan pentingnya latihan paru setiap hari. | Ø Pantau perubahan tanda vital. Ø Jika tidak dapat berjalan, tetapkan suatu aturan untuk turun dari tempat tidur, duduk di kursi beberapa hari sekali Ø Bantu reposisi, setiap jam jika mungkin. Ø Dorong klien untuk melakukan latihan napas dalam dan latihan batuk terkontrol 5 kali setiap jam | Ø Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat. Ø Meningkatkan kemampuan ekspansi paru. Jika klien dalam posisi duduk, kemampuan ekspansi paru akan meningkat. Ø Membantu drainase postural, mencega depresi jaringan paru atau dada untuk pernapasan. Ø Meningkatkan ekspansi paru dan asupan oksigen kedalam paru dan sistem peredaran darah. |
4 | Nyeri pleuritik b.d empiema. DS:
DO:
| Setelah dilakukan tindakkan keperawatan selam 3x24 jam , diharapkan pasien dapat: Ø Penurunan penampilan peran / hubungan interpersonal. Ø Gangguan kerja, kepuasaan hidup / kemampuan untuk mengendalikan diri. Ø Penurunan konsentrasi. Ø Terganggunya tidur. Ø Penurunan nafsu makan. | Mandiri : Ø Karakteristik nyeri, misal tajam, constan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/ lokasi/ intensitas nyeri. Ø Pantau : - Suhu setiap 4 jam - Hasil pemeriksaan SDP - Hasil kultur sputum Ø Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman Kolaborasi : Ø Berikan analgetik sesuai dengan anjuran untuk mengatasi nyeri pleuritik jika perlu dan evaluasi keefektifannya Ø Konsul pada dokter jika nyeri dan demam tetap ada atau mungkin memburuk. Ø Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya. | Ø Nyeri dada, biasanya dada dalam beberapa derajat pada pneumonia seperti pericarditis dan endokarditis. Ø Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan. Ø Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi. Ø Analgesik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsang nyeri. Nyeri pleuritik yg berat sering kali memerlukan analgetik narkotik untuk mengontrol nyeri lebih efektif. Ø Hal tersebut merupakan tanda berkembagnya komplikasi. Ø Antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi, efek maksimum dapat dicapai jika kadar obat dalam darah konsisten dan dapat dipertahankan. Interaksi satu obat dgn yg lain dpt mengurangi keefektifan pengobatan |
5 | Hypertermi b.d infeksi saluran pernapasan. DS:
DO:
| Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
| Mandiri: Ø Pantau suhu minimal 2 jam sekali. Ø Pantau: o tekanan darah, nadi, pernapasan. o aktifitas kejang, warna kulit o Kolaborasi : Ø Berikan obat antipiretik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya. Ø Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti, gunakan matras dingin. | Ø Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan. Ø Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat. Ø Hal tersebut merupakan tanda berkembangnya komplikasi. Ø Gunakan matras dingin memungkinkan terjadinya pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi (penguapan). |
6 | Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, intoleransi makanan, hilangnya nafsu makan, mual/ muntah. DS:
DO:
| Setelah dilakukkan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
| Mandiri Ø Pantau: o persentase jumlah makanan yg dikonsumsi setiap kali makan. o timbang BB setiap hari o Hasil pemeriksaan : protein total, albumin dan osmalalitas. Ø Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum tercium bau busuk. Pertahankan kesegaran ruangan. Ø Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering yg mudah dikunyah jika ada sesak napas berat. Kolaborasi Ø Rujuk kepada ahli gizi untuk membantu memilih makanan yg dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit panas. | Ø Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan Ø Bau yg tidak menyenangkan dapat mempengaruhi nafsu makan. Ø Makanan porsi sedikit tapi sering memerlukan lebih sedikit energi. Ø Ahli gizi ialah spesialisasi dlm hal nutrisi yg dpt membantu pasien memilih makanan yg memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dgn keadaan sakitnya, usia, TB & BB. Kebanyakan pasien lebih suka mengkonsumsi makanan yg merupakan pilihan sendiri. |
7 | Ansietas b.d nyeri pleuritik, dan ketidaktahuan. DS:
DO:
| Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
| Ø Jelaskan tujuan tarapi pada klien Ø Ajarkan tindakan untuk membantu mengontrol dispnea Ø Ajarkan klien melakukan latihan napas Ø Ajarkan dan evaluasi teknik drainase postural Ø Jelaskan bahayanya infeksi dan cara menurunkan resiko Ø Anjurkan klien untuk melaporkan gejala penting dengan segera Ø Ajarkan atau opserfasi penggunaan nebulizer atau inhaler dosis terukur | Ø Mengorientasikan program trapi, membantu menyadarkan klien untuk memperoleh kontrol Ø Pengontrolan dipsnea melalui diet seimbang, istirahat cukup dan aktifitas yang dapat ditoleransi Ø Latihan napas dengan spirometri insentif , latihan efek paru atau latihan posterior paru atau latihan area iga lateral bawah Ø Memfasilitasi pengeluaran sekret Ø Mencega infeksi, baik skunder maupun primer yang mungkin diakibatkan oleh gangguan napas Ø Mencegah komplikasi yang tidak terpantau atau gejala yang dianggap normal oleh klien Ø Mencegah penggunaan inhaler melebihi dosis |
8 | Intoleransi aktivitas b.d perubahan respon pernapasan terhadap aktivitas. DS:
DO:
| Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
| Ø Jelaskan aktifitasdan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen Ø Ajarkan program hemat energi Ø Buat jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahap Ø Ajarkan teknik nafas efektif Ø Pertahankan terapi oksigen tambahan Ø Kaji respon abnormal setelah aktifitas Ø Beri waktu istirahat yang cukup | Ø Merokok, suhu ekstrim dan stres dan menyebabkan fasikonstriksi pembuluh darah dan meningkatkan beban jantung Ø Mencegah penggunanan energi yang berlebihan Ø Mempertahankan pernapasan lambat dengan tetap memperhatikan latihan fisik yang memungkinkan peningkatan otot batu pernapasan Ø Meningkatkan oksigenasi tanpa mengorbankan banyak energi Ø Mempertahankan, memperbaiki, dan meningkatkan konsentrasi oksigen darah Ø Respon abnormal meliputi nadi, tekanan darah gan pernapasan yang meningkat Ø Meningkatkan daya tahan klien, mencegah kelelahan |
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC
Somantri Irman.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika